Program Makan Bergizi Gratis Dimulai Januari 2025, Pakar UM Minta Penakaran Gizi Libatkan Kampus
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui dijadwalkan akan dimulai pada Januari 2025. Program ambisius ini diinisiasi oleh Presiden Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sebagai upaya besar untuk meningkatkan kualitas gizi dan kesejahteraan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak dan ibu. Namun, sejumlah pakar mengingatkan bahwa persiapan yang matang diperlukan untuk memastikan keberhasilan pelaksanaannya.
Dede Nasrullah, seorang pakar kesehatan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, menggarisbawahi lima poin penting yang harus dipenuhi sebelum peluncuran MBG. Menurutnya, persiapan ini sangat penting untuk menjaga efektivitas dan keberlanjutan program. Berikut penjelasan rinci dari Dede tentang aspek-aspek yang perlu diperhatikan:
1. Standar Jenis Makanan
Dede menekankan bahwa standar jenis makanan yang akan disajikan perlu disusun dengan cermat. Mengingat sasaran penerima MBG bukan hanya siswa sekolah, tetapi juga ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, variasi menu menjadi sangat penting. “Jangan sampai jenis makanan yang diberikan tidak sesuai dengan kadar gizi yang dibutuhkan. Variasi menu juga harus diperhatikan supaya anak-anak tidak bosan dan mau menghabiskan makanannya,” jelas Dede. Menyajikan makanan yang beragam dan menarik akan memastikan penerima program mendapatkan asupan gizi yang seimbang dan sesuai kebutuhan mereka.
2. Memastikan Tepat Sasaran
Program MBG memerlukan anggaran yang besar, sehingga penyalurannya harus dilakukan dengan tepat sasaran. Dede menyoroti pentingnya prioritas bagi anak-anak yang tinggal di daerah pelosok atau terpencil di mana angka stunting dan kekurangan gizi masih tinggi. “Program ini diharapkan bisa membantu anak-anak di daerah tertinggal untuk memenuhi kebutuhan gizinya,” tambah Dede. Dengan demikian, penyaluran MBG perlu difokuskan pada wilayah yang paling membutuhkan, agar dampaknya terasa nyata dan signifikan.
3. Kadar Gizi Harus Sesuai
Sesuai dengan namanya, makanan yang diberikan dalam program MBG harus benar-benar bergizi sesuai dengan kebutuhan usia penerimanya. Dede menegaskan pentingnya penakaran gizi yang tepat, dan menurutnya, perguruan tinggi bisa dilibatkan untuk membantu dalam hal ini. “Akan lebih baik jika akademisi dari perguruan tinggi juga turut serta dalam menakar nilai gizinya, sehingga program ini tidak hanya dikontrol oleh pemerintah saja,” sarannya. Kolaborasi ini dapat memastikan bahwa kadar gizi dalam makanan disesuaikan dengan standar ilmiah dan kebutuhan nutrisi yang tepat.
4. Tim Penanganan Khusus
Agar program berjalan lancar, pembentukan tim khusus dinilai sangat penting oleh Dede. Tim ini bertugas mengawasi jalannya program, mulai dari tahap distribusi hingga ke penerima akhir, serta berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan instansi terkait. “Tim khusus ini yang nantinya akan mempermudah koordinasi di lapangan sehingga program bisa terdistribusi dengan baik,” ujarnya. Adanya tim khusus juga dapat meminimalkan kesalahan distribusi dan memastikan setiap elemen program berjalan sesuai rencana.
5. Monitoring dan Evaluasi
Poin terakhir, namun tidak kalah penting, adalah monitoring dan evaluasi secara berkala. “Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana program ini berjalan efektif. Jangan sampai makanan yang diberikan tidak sesuai dengan selera atau karakteristik makanan daerah setempat,” kata Dede. Penting juga untuk memasukkan aspek kebiasaan makan tradisional dalam program ini, agar anak-anak terbiasa dengan makanan lokal yang bergizi. Ini akan membantu program MBG dalam menanamkan kebiasaan makan sehat dan berkelanjutan.
Dede berharap bahwa program MBG ini tidak hanya menjadi proyek jangka pendek, tetapi mampu menciptakan dampak positif jangka panjang. Dengan melibatkan kampus dan ahli gizi dari berbagai latar belakang, program ini bisa dioptimalkan untuk memberikan manfaat yang merata di seluruh Indonesia.
Program Makan Bergizi Gratis ini membawa harapan besar untuk meningkatkan status gizi anak-anak Indonesia dan mendukung kesehatan ibu hamil serta ibu menyusui. Jika dijalankan dengan persiapan matang, program ini berpotensi menjadi salah satu langkah monumental dalam upaya pemerintah mengatasi masalah stunting dan kekurangan gizi. Waktunya melihat apakah MBG akan menjadi solusi yang dinantikan oleh masyarakat luas.